Selasa, 23 Juli 2019

Sekelumit riwayat al habib umar bin abdurrahman al attas


Sekelumit riwayat al habib umar bin abdurrahman al attas sang penyusun ratib al attas

Bermula nasab beliu yaitu:

Bacalah selalu sholawat
اللهم صل على سيدنا محمد و على اله و صحبه و سلم 
 Semuga bermanfaat
Beliau adalah
  1. al habib Umar 
  2. bin Abdurrahman
  3. bin Agil bin Salim 
  4. bin Ubaidullah 
  5. bin Abdurrahman 
  6. bin Abdullah
  7. bin Syeikh al Ghauts Abdurrahman as-Seggaf 
  8. bin Muhammad Maula Dawilah 
  9. bin Ali bin Alawi al Ghoyur 
  10. bin Sayyidina al Faqih al Muqaddam Muhammad 
  11. bin Ali 
  12. bin Imam Muhammad Shahib Mirbath 
  13. bin Ali 
  14. bin Alwi 
  15. bin Muhammad 
  16. bin Alwi 
  17. bin Ubaidullah 
  18. bin Imam al Muhajir Ahmad 
  19. bin Isa 
  20. bin Muhammad an Naqib 
  21. bin Imam Ali al Uraidhi 
  22. bin Jaafar as Shadiq 
  23. bin Imam Muhammad al Baqir 
  24. bin Imam Ali Zainal Abidin 
  25. bin Imam Hussein as Sibith 
  26. bin Imam Ali bin Abi Thalib dan bin Batul Fatimah az-Zahra 
  27. binti Rasullullah S.A.W. 

Bacalah selalu sholawat
اللهم صل على سيدنا محمد و على اله و صحبه و سلم 
 Semuga bermanfaat

Asal dinamakan Al Attas 

Kata al-Faqih Abdullah bin Umar Ba’ubad: “Beliau dinamakan al-Attas yang bermaksud bersin, karena beliau pernah bersin ketika masih berada di dalam perut ibunya”.

Kata al- Habib Ali bin Hassan al-Attas: “Sebenarnya apa yang diucapkan oleh Syeikh al-Faqih Abdullah bin Umar Ba’ubad adalah benar, hanya saja menurut khabar yang paling benar dikatakan bahwa pertama kali bersin ketika masih berada di perut ibunya adalah Habib Aqil hanya saj yang terkenal hanya Habib Umar bin Abdurrahman al-Attas, sehingga berita itu hanya dikenal pada diri beliau dan anak beliau dan anak cucu Aqil dan Abdullah, saudara beliau. Sedangkan anak cucu Sayyidina Aqil bin Salim yang lain dikenal dengan nama keluarga Aqil bin Salim”. 

Berkata al-Habib Ali bin Hassan: “Tidak henti-hentinya didengar dari mereka suara bersin di perut-perut sebahagian ibu waktu demi waktu, sebagaimana yang diberitahukan oleh isteriku, seorang wanita solehah. Syeikha binti Sahal bin Abi Bakar bin Syaiban bin Ahmad bin Ishaq,

katanya: “Pada suatu hari sewaktu aku duduk bersama Sharifah Fatimah bin Habib Muhammad Basurah Ba’alawi, waktu itu aku sedang mengandung puteramu yang bernama al Hasan yang pertama, aku terdengar ia bersin ketika ia masih di dalam perutku, aku dan Sharifah Fatimah mendengar suara bersin itu dengan jelas, dan ia dilahirkan pada waktu 1147 H, tetapi ia wafat waktu masih kecil”. 

Al Habib Ali bin Hussain al-Attas menyebutkan di dalam kitabnya Ta’jul A’raas juz pertama halaman 40. bahwa di Mekah pernah didengar suara bersin dari anak yang masih di dalam perut ibunya, tentunya kejadian itu termasuk kejadian karamah yang diakui oleh kalangan Ahlu Sunnah, sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab-kitab Tauhid dan Aqoid mereka beserta dalil-dalilnya yang terkenal yang bersumber dari al-Quran dan as-Sunnah.

Bacalah selalu sholawat
اللهم صل على سيدنا محمد و على اله و صحبه و سلم 
 Semuga bermanfaat

Imam Nawawi pernah menyebutkan di dalam kitabnya Riyaadhus Shalihin di dalam bab al-Karamat. Disebutkan dalam kitab itu sebuah hadith yang memberitakan kisah seorang rahib yaang bernama Juraij, yang kerananya Allah menakdirkan seorang bayi bercakap-cakap untuk memberikan kesaksian tentang diri Juraij, tentunya bersin ketika seorang bayi masih di dalam kandungan ibunya tidak berbeda jauh dengan seorang bayi yang bisa bercakap-cakap setelah ia lahir, kejadian-kejadian semacam ini tidak sulit bagi Allah sebab Allah Maha Kuasa untuk mentakdirkan apa saja yang Dia kehendaki. 

Bacalah selalu sholawat
اللهم صل على سيدنا محمد و على اله و صحبه و سلم 
 Semuga bermanfaat

Tempat Kelahiran 

Beliau dilahirkan di desa Lisk dekat dengan desa Ainat, di bagian bawah negeri Hadhramaut, di akhir abad ke-10, tepatnya pada tahun 229H. Sejak kecilnya beliau diasuh dan dididik oleh ayah beliau sendiri, al-Habib Abdur Rahman bin Aqil. Meskipun mata beliau buta sejak kecil, tetapi Allah memberinya kecerdasan otak dan pandangan hati (Bashirah), sehingga beliau mudah menghafal apa saja yang pernah didengarnya. 

Ayah beliau, al-Habib Abdul Rahman bin Aqil pernah berkata pada Syeikh Abdurrahman bin Aqil al-Junied Bawazir yang dikenal dengan panggilan al-Mu’allim: “Hendaknya anda lebih banyak memberikan perhatian kepada Umar, karena kedua matanya tidak dapat melihat”. Jawab Syeikh Abdurrahman: “Meskipun kedua mata Umar tidak dapat melihat, tetapi pandangan Bashirahnya dapat melihat, disebabkan hatinya bersinar”. 
Sejak kecil beliau anak yang tekun beribadah, hidup zuhud berpaling dari dunia dan sejak kecil sudah terlihat tanda-tanda kebesaran pada diri beliau. Sejak kecil, beliau sering ke kota Tarim dari dusunnya Lisk dan melakukan sholat dua rakaat di setiap masjid yang ada di kota Tarim, bahkan kadang menimba air dari sumur untuk mengisi kolam-kolam masjid. 

Di masa kecilnya, beliau senantiasa dibimbing oleh ayah beliau dan guru-guru beliau, misalnya al-Habib Hussien, al-Habib Hamid, al-Habib Muhdhor, putra-putra Saiyidina Syeikh Abu Bakar bin Salim yang sering dikunjungi oleh ayah beliau, yaitu al-Habib Abdul Rahman bin Aqil.

Bacalah selalu sholawat
اللهم صل على سيدنا محمد و على اله و صحبه و سلم 
 Semuga bermanfaat

Lebih lebar akan riwayat beliau al habib umar bin adurrahman al attas

 sumbar:
Aliansi Dzikir Ratib al athos (Al Dzikro)

sejarah singkat Habib Umar bin Abdurrahman Al Attos, SOHIBUR ROTIB

Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al Attas
Kita tentu tidak asing lagi dengan Ratib Al athos yang selalu dibaca baik itu di majelis-majelis ta’lim maupun diamalkan secara individu. Rotib AL athos adalah susunan dzikir yang disusun oleh Habib Umar bin Abdurrahman Al Athos. Beliau adalah seorang ulama besar yang lahir di Hadromaut, Yaman pada tahun 992 H atau 1572 M di kota Isnat. Ayah beliau bernama Al Habib Abdurrahman bin aqil dan Ibunya bernama syarifah Muznah binti Muhammad Al jufri. Karamah kewalian Habib Umar bin abdurrahman Al Attas sudah nampak sejak beliau dalam kandungan ibunya, janin tersebut bersin dan tentu ini adalah sesuatu diluar kebiasaan manusia pada umumnya, sehingga beliau mendapat gelar “Al Attas (orang yang bersin).

Sejak kecil Habib Umar bin Abdurrahman Al Attas sudah mengalami kebutaan, namun tidak mengurangi semangat beliau dalam menuntut ilmu. Beliau belajar dari ayahnya dan ulama-ulama setempat lainnya, seperti Syekh Umar bin Isa, Syekh Abu Bakar bin Salim dan Habib Husein bin Syekh Abubakar bin Salim. Beliu juga membuka ta'lim dengan mengajarkan ilmu agama. Dakwahnya pun menyebar ke segenap penjuru Hadramaut.

Belakangan, ia dikenal sebagai seorang sufi yang banyak menguasai ilmu lahir dan batin, pengayom anak yatim piatu, janda, dan fakir miskin. Siang mengajar, malamnya ia gunakan untuk melakukan riyadhah, beribadah, bermunajat kepada Allah SWT, dan sangat jarang tidur. Sebagai ulama besar dan sufi, Habib Umar dikenal dengan beberapa karamahnya. Ia sangat termasyhur, bahkan sampai ke negari Cina. Suatu hari, salah seorang anak Habib Abdurrahman melawat ke Cina. Di sana ia bertemu seorang sufi yang memberi salam dan hormat, padahal ia tidak mengenalnya.

”Bagaimana engkau mengenalku, padahal kita belum pernah berjumpa?” tanyanya. ”Bagaimana aku tidak mengenal engkau? Ayahmu, Habib Umar bin Abdurrahman Al-Atthas, adalah guru kami, dan kami sangat menghormatinya. Habib Umar sering datang ke negeri kami dan ia sangat terkenal di negeri ini,” jawab sufi tersebut.
 Padahal jarak antara Hadramaut dan Cina sangat jauh, namun Habib Umar bin Abdurrahman Al Attas telah berdakwah sampai ke sana. 

Syekh Muhammad Baqais, salah seorang muridnya, bercerita, ”Satu kali Habib Umar mendamaikan beberapa suku yang berperang sampai berkali-kali. Tapi, tetap saja ia tidak mendapatkan tanggapan baik. Karena itu beliau pun melemparkan biji tasbihnya kepada mereka. 
Dengan izin Allah biji tasbih itu menjadi ular. Barulah mereka sadar dan mohon maaf. ”Nama Habib Umar bin Abdurrahman Al Attas tak bisa dipisahkan dari karya agung yang diberinya judul ‘Azizul Manal wa Fathu Babil Wishal," alias “Anugerah nan Agung dan Pembuka Pintu Tujuan” – yang dibelakang hari sangat terkenal sebagai Ratib Al Attas. Habib Umar sendiri berwasiat, “Rahasia dan hikmah telah kutitipkan didalam ratib itu.”

Melindungi Kota
Menurut Habib Abdurrahman Al-Habsyi (Kwitang, Jakarta Pusat), Ratib Al Attas lebih tua dibanding Ratib Al Haddad.

Ratib Al Haddad disusun pada 1071 H / 1651 M oleh Habib Abdullah Al Haddad, atau sekitar 350 tahun lalu, sedang Ratib Al Attas disusun jauh sebelumnya.

Ada beberapa wirid atau doa yang tidak ada dalam Ratib Al-Atthas tapi terdapat dalam Ratib Al-Haddad, demikian pula sebaliknya. Namun, seperti ratib-ratib yang lain, keduanya tetap mengacu pada doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Ratib Al-Atthas biasa dibaca usai salat Magrib, tapi boleh juga dibaca setiap pagi, siang, atau tengah malam. Bisa dibaca sendiri atau secara berjamaah.
Manfaat ratib ini sangat besar.

Bahkan ada sebagian ulama yang mengatakan, dengan membaca Ratib Al-Attas atau Ratib Al-Haddad setiap malam, Allah SWT akan menjaga dan memelihara seluruh penghuni kota tempat tinggal kita, menganugerahkan kesehatan, dan mengucurkan rezeki-Nya kepada segenap penduduk.

Dalam keadaan sangat khusus dan mendesak, ratib tersebut bisa dibaca tujuh hingga 41 kali berturut-turut.
 Pendapat ini mengacu pada beberapa hadis Rasulullah SAW tentang manfaat istigfar dan doa-doa lainnya. Sebab, dalam ratib-ratib tersebut antara lain terdapat shalawat, tahlil, tasbih, tahmid, dan istigfar. 

Begitu hebat fadilah atau keutamaan ratib-ratib itu, hingga Habib Husein bin Abdullah bin Muhammad bin Muhsin bin Husein Al Attas menyatakan bahwa mereka yang mengamalkan ratib tersebut tidak akan terluka, jika pada suatu hari terpatuk ular.

“Orang yang biasa mengamalkan ratib-ratib itu tidak akan merasa takut, ia akan selamat dari segala yang ditakuti,” katanya.
Betapa hormat para ulama kepada Habib Umar bin Abdurrahman Al-Atthas. Tergambar ketika suatu hari seorang ulama, Syekh Salim bin Ali, mengunjungi Imam Masjidil Haram, Habib Muhammad bin Alwi Assegaf, dan menyampaikan salam dari Habib Umar. Seketika itu juga Habib Muhammad pun menundukan kepala sejenak, lalu katanya, 

”Layaklah setiap orang menundukkan kepala kepada Habib Umar. Demi Allah, saya mendengar suara gemuruh di langit untuk menghormati beliau. Sementara di bawah langit ini tidak ada orang lebih utama daripada beliau.”

Habib Umar bin Abdurrahman Al Attas wafat pada 23 Rabiulakhir 1072 H / 1652 M, dan jenazahnya dimakamkan di Desa Nafhun dekat Huraidhoh Hadromaut yaman


Semuga bermanfaat buat kita semua

Tidak ada komentar:

Posting Komentar